Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Lagu, Kemudian Terkenang

Gambar
Rutin, dan selalu. Seperti inilah kerutinan kesepian menghinggapiku. Ketika dunia yang kupijak telah beranjak malam, ketika penghuni dunia dibagian bumi yang kuhuni telah terlelap, ketika jalan-jalanan sedikit dilalui massa, sekelebat ingatan tentang waktu sebelum kini datang ke otakku. Kebanyakan kepalaku menengadah ke langit-langit pada ketika-ketika itu, saat rumah sewaku ini menyepi, hanya diisi dengan lagu-lagu klasik, dan lagu-lagu itu kebanyakan tenar saat sebelum waktu kini. Dalam otakku, sebuah lagu akan mengembalikan ingatan kepada waktu saat lagu tersebut terkenal. Atau bisa juga membawa kepada situasi yang mirip-mirip dengan apa yang lagu itu lantunkan.

Cintaaa.. Dan Waktu Terasa Cepat Berlalu

Gambar
Pertama, walaupun tidak masuk buku terbaik, tapi dengan kesyukuran aku curahkan karena karyaku masuk buku kedua belas di #ProyekMenulis Kejutan Sebelum Ramadhan dari nulisbuku.com. Namun sampai sekarang buku yang aku pesan belum tiba ke tanganku. Setelah itu, menghabiskan beberapa hari di kampong halaman Ayah di tanah Kaur. Sempat berpikir untuk meminum air sungai karena tak tahan lagi diajak berkelana (berziarah) di Lebak saat berpuasa. Melayang-layang badan ini ditengah gundukan-gundukan nisan. Juga tak kuat kaki menahan beban motor saat melewati jembatan kayu rapuh diatas sungai-sungai berbatu. Puasa hari itu adalah yang paling meyiksa. Pun ketika berbuka, langsung disuguhi air panas. Tapi, Alhamdulillah, masih bisa berbuka.

Dijumpai Engkau?

Gambar
Sudah bermiliar-miliar air hujan jatuh menerpa tetanahan bumi ini. Basah. Terus menekan hingga terlihat jejak di bawah malam. Juga dengan waktu ini. Engkau telah tiba di waktu untuk kesekian ribu kali. Dan untuk perhitungan hari, Engkau telah datang berjuta-juta. Datang, terus bersilih ganti bulan. Bulan-bulan berbeda Engkau datangi. Padahal dahulu aku berpikir, Engkau hanya akan datang pada satu bulan itu, namun ke depannya Engkau datang yang kedua. Terus berganti, hingga Engkau datang ke delapan. Itulah risalah waktu, Dan hanya Engkau yang mampu.

Bedogan .. An .. An

Gambar
Dua hari sebelum Ramadhan, aku bersama seorang teman, juga adikku Deby Gunawan pergi ke Sanga Desa untuk bedogan . Pergi begitu saja jam sepuluhan dengan sedikit persiapan. Cuaca sangat cerah dan kami kepanasan, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Kami berlama di jalan, dan Reno meng-sms apakah telah menyimpang ke Lumpatan. Saya tertawa terbahak sambil menenteng kantong kresek berisi penganan.

Taubat

Gambar
Tak ingatkah Kau? Kau sia-siakan tiga perempat hidupmu dengan keburukan. Dan kini, Kau masih saja membatu, hatimu masih mengeras dalam masa tuamu. Jiwamu bagaikan batu karang yang tak mengindahkan hukum alam. Lihatlah dirimu, Tua! Bersyukurlah Aku masih diperintahkan oleh-Nya untuk mengingatkanmu tentang pertaubatan terakhir. Kau masih beruntung masih diberi jalan bernafas, memilih untuk meraih kebaikan setelah mati atau keburukan yang akan merenggut ruhmu.

Nelangsa Pusara 2

“Oh. Fendri. Ayah masih ingat. Waktu itu kau selalu ambisius untuk pergi ke negeri penuh teknologi itu. Setiap kali kau pulang, kau selalu menceritakan kehebatan Asia Timur Nak.” “Iya Yah. Sekarang aku akan bisa ke sana Yah. Ke Asia timur Yah.” “Wahh. Itu bagus Nak. Memang Ayah percaya bahwa kau akan bisa ke sana. Kau anak yang pintar.” Ayah antusias mendengar ceritaku. Namun terlepas dari  keceriaan Ayah, aku bingung mau memulai inti ceritaku. Aku tak ingin berbasa-basi lagi. Jam sepuluh tepat mobil terakhir menuju kota akan berangkat. Aku menghela nafas panjang.

Nelangsa Pusara

Gambar
                                                                                    Short story that can easily be  guessed Minggu sore, pukul setengah enam. Pekuburan pinggir kota lengang. Penjual bunga tujuh rupa dan anak-anak pembersih makam telah beranjak pulang. Gerbang pekuburan masih terbuka. Terlihat tukang gali kubur duduk di posnya. Suasana pekuburan itu terasa sejuk. Semilir angin berhembus diantara pohon-pohon makam. Rindang. Gemerisik dedaunan kering beterbangan tak karuan disapu angin. Beberapa daun menerpa batu nisan, terbang lagi, menyentuh tanah lagi. Bebungaan segar dan layu yang tercecer di jalan setapak berpindah tempat ke rerumputan.

Air Adalah Hidup Sederhana

Gambar
Seringkali hati ini iri melihat teman-teman yang ber- gadget . Dengan layar-layar besar juga bisa disentuh. Bagus sekali. Ingin juga memiliki benda-benda canggih seperti itu. Seringkali aku membandingkannya dengan handphone yang aku pegang. Handphone lamaku. Beruntung hati ini selalu berbesar jika godaan datang untuk memiliki benda-benda canggih itu. Uang masih minta dengan orangtua, tak pantas meminta yang berlebihan. Juga, mungkin berjuta-juta orang diluar sana bahkan tidak bisa makan karena kekurangan harta untuk membeli pengisi perut. Aku yang mempunyai handphone lama ini jauh lebih beruntung dibanding mereka. Walau berlayar kecil dan tak bisa disentuh, Alhamdulillah, masih diberi gadget jadul ini.

My Queen, Later?

Gambar
Kemarin, Minggu Juni 23, bersama beberapa teman seangkatan di SMA dan tiga senior berkunjung ke Boyolali untuk menghadiri acara walimah al ursy salah satu guru SMA. Beliau wali kelasku ketika di Oasis. Datang kepagian, tapi beruntung, karena hal itu, kami dapat duduk dijarak yang berdekatan dengan singgasana ratu dan raja sehari. Bisa menikmati jalannya acara dengan khidmat sekaligus mantengin wajah raja dan ratunya. Untung-untung bisa menjadikan pelajaran disuatu waktu kelak.

Se-Maradona di Tengah Hujan

Gambar
Ashar ini, Yogyakarta dideru hujan lebat. Suara jejatuhan air hujan menghiasi sore ini. Sangat lebat. Gemuruh genteng berbunyi-bunyi dijatuhi ribuan titik-titik air hujan. Dan akhirnya, salam. Belum lima detik salam berlalu, anak-anak sekitaran masjid telah menghambur keluar, langsung terjun dari lantai masjid, bergumul dengan teman-teman sebaya mereka, menikmati berkah hujan dengan kesenang-senangan. Singkat kata, main hujan. Gelak tawa mereka terdengar bersamaan dengan air hujan yang semakin menderas.

Sincere Life

Gambar
Baik untuk mengetahui hal ini, bahkan akan sangat membaiki kehidupan jika bisa secara penuh melaksanakannya. Yaitu ketulusan. Dalam segala kebaikan, jika dilakukan dengan tulus, akan diberkahi. Tulus berhidup, tulus mencinta, tulus berkasih sayang, tulus memberi, tulus menerima, tulus bekerja, tulus belajar, dan tulus-tulus kebaikan yang lainnya akan mengantarkan kepada suatu ketenangan hidup.

Jujur itu Laku Baik

Gambar
Adalah sebuah laku baik yang dapat membaiki diriku dan atau semua manusia. Salah satunya kejujuran. Berlaku jujur tak pernah rugi sekalipun. Walau dalam satu keadaan, jujur bisa menyakiti diri sendiri, namun dunia itu adil. Dunia akan mengadili dengan tak ada pincangnya. Dunia akan membayar kesakitan atas kejujuran yang dilakukan. Dunia akan menjadi baik bagi yang baik budinya. Entah itu sekarang, di masa depan, atau bahkan saat kita berhitam-hitaman di dalam alam kubur.

Negeri Khayalan 3

Sementara itu di pengadilan kelurahan. Pak Wasit dan Pak Penanggungjawab masih berseberangan meja. Juga berseberangan pemikiran. Upaya-upaya perdamaian belum mencapai titik terang. Pak Pengacara pembela pak Penanggungjawab dan pak Keamanan. Pak Keamanan belum datang ke lokasi. “Saya mau minta ganti rugi. Lihatlah, tubuh saya hampir punah dihajar para pemain tak berpengetahuan tentang offside itu. Minimal bayarkan tagihan rumah sakit nanti.” “Hahaha. Enak saja Anda, Pak Wasit. Surat ini buktinya. Bukti bahwa Anda siap menghadapi segala kemungkinan. Tanda tangan Anda jelas tercetak di kertas ini. Ini nah. Lihatlah sendiri.”

Engkau, Ksatriawati

Apa yang membuat pengistimewaan hari ulang tahun? Hari disaat manusia, entah aku, kamu, kita atau siapapun keluar dari rahim ibu. Hari saat waktu menjemput untuk datang ke penghidupan setelah bergumul dengan plasenta atau hal biologis lainnya. Hari ketika perjuangan ibu berbuah ujung yang manis, bahkan terus manis sampai terasa udara yang dihirup adalah beraroma. Hari dimana ibu memulai perjuangan baru, setelah menuntun sembilan bulan lebih atau kurang, tanpa lelah-lelah. Hari dimana aku, kamu, kita, atau siapapun mesti meresapi perjuangan itu, resapi dengan kesyukuran, resapi dengan kebermanfaatan, resapi dengan cinta.

Nelangsa di Ujung Peluru Musuh

Di sudut kota Surabaya. Tak ingatkah Kau dengan keadaan ini. Deru mesin beterbangan diatas tanah kota. Baling-baling bersilih-mudik menebar ancaman ke sudut-sudut gedung. Tak karuan. Darah membuncah. Cercah-cercah luka menganga. Sakit. Terlihat pejuang pribumi berbaret merah. Ada yang terseok, ada yang memanggul senjata. Berlarian dan tak acuh, mati rasa akan ketakutan. Sembunyi! Mengintip-intip. Dan musuh datang. Membawa senapan dengan bayonet menyilau siap mencengkeram. Bias pantulan cahaya dari logam bayonet sesekali datang, menerpa mata pejuang. Kau, menamai semuanya titik kematian. Dan Kau ........

Negeri Khayalan 2

“Ga. Kau mau kemana? Sudah dapat khayalan untuk disetorkan besok ke pak Guru Karmin? Kalau aku belum. Sepertinya sampai sore pun rapat paripurna ini belum akan selesai.” “Aku akan menyingkir dari sisimu. Disebelahmu aku terganggu. Bisa-bisa aku dihukum jika tidak bisa menyetor khayalanku ke pak Guru Karmin. Hanya gara-gara kau banyak cerita tentang rapat paripurna gila hasil khayalanmu itu La. Kalau kau butuh aku, aku ada di atas pohon Kelapa.” “Amboi, berkhayal di atas pohon Kelapa? Jatuh-jatuh kau menyalahkanku nanti.” “Tidak akan jatuh. Kalaupun jatuh ya langsung terjun ke sungai Pengaruh.”

Negeri Khayalan 1

fantasy stories about proposing changes to the world of living systems....... Remember, just a mirage....... Sore itu, Arga dan Sula menyingkir dari keriuhan desa. Desa Pulau sedang dalam masa keramaian. Hampir semua warga berkumpul di pinggir lapangan desa. Ada pertandingan final RT Cup. Kebanyakan dari pemuda berbondong-bondong membawa bendera kebangsaannya. Ada yang membawa pasukan sekompi, lengkap dengan seruan-seruan berkorban. Hari itu diadakan pertandingan terakbar desa Palang Pintu, desa yang RT-nya hanya tujuh. Finalnya adalah RT Timur melawan RT Barat.

Gurauan Kota 2

Itu serpihan wawancara yang Yan terima Desember kala dia melamar pekerjaan di salah satu kantor pemerintah. Yan bingung dengan kata yang dilontarkan pewawancara itu. “Adakah yang salah jika aku tidak membawa uang? Uang pun tak tertera sebagai syarat-syarat untuk melamar,” benak Yan berpikir, waktu itu. Kerikil-kerikil jalanan seolah menghalangi ayunan tungkai Yan untuk kembali ke kontrakan sederhananya. Dua minggu berlalu dari waktu wawancara kantor. Hasilnya, Yan yang datang ke wawancara tanpa uang, tak lolos jadi pegawai kantor.

Gurauan Kota 1

Kota itu Berjejer berpuluh-berseribu semen yang dikotak-kotakkan nan berbentuk-indah, lurus, ataupun tajam. Dikotak-kotakkan seraya memalingkan muka dari jalanan berdebu, berlobang, dan menyeruak ditindih kendaraan-kendaraan tikus. Mengeluarkan kesan megah diantara gurat urat insan-insan dibawahnya. Kotak-kotak itu ternyata diatas bukit. Semakin megahlah dia ditilik dari lembah kenistaan ini, kata kotak-kotak itu. Insan-insan menderita hanya meratapi keadaan, tanpa banyak suara yang bisa didengar. Kota yang telah menjelma menjadi bukit mencuramkan jurang seiring frekuensi suara insan menyusut di antara kevakuman tebing. Penglihatan kotak-kotak itu terhalangi pepohonan-pepohonan coklat yang habis terbakar oleh debu-debu jalanan tadi. Titik  fokus matanya mengabur membuta. Bahkan divonis buta. Divonis oleh insan. Diperdaya oleh jalan-jalan berdebu didepannya, kotak-kotak itupun melenggang keluar dan melupakan insan yang malang, dibawah bukit tadi.

Pada Pengamen Kecil 2

Epen.... Begitulah nama anak kecil si pengamen ini. Sempat aku memrotes kenapa namanya diubah sedemikian jauh dari nama aslinya. Ilmiansyah Khadafi Amrulah. Seperti itulah abjad indah yang tertera diakte kelahiran, katanya. Bagai seorang berandal pengedar narkoba atau teroris pengirim bom buku, nama yang sebegitu indah diubah jadi Epen. Macam bunyi klakson Fuso, pennnnn.... pennnn!!! Di diskusi sore itu, aku berinisiatif memanggilnya Ilmi. Agak terdengar ke-perempuan-perempuanan, tapi makna ‘ilmi’ sendiri begitu melekat di Ilmi. Anak ini rupanya berilmu. Ya berilmu jika mau dibandingkan dengan petualangannya sebagai seorang ksatria gitar kecil pengais rezeki di warung-warung makan tepi jalan.

Pada Pengamen Kecil 1

Ini ceritaku saat bertemu si cerdas pengamen jalanan di perempatan titik nol. Aku melangkah dipetak-petakan trotoar Malioboro bersama seorang temanku, Hasyim. Sore Sabtu dengan keramaian yang membuncah di berbagai sudut jalan terkenal seantero negeri ini, aku menapaki kotak-kotak semen. Sepulang dari kuliah yang padat, diusir oleh dosen psikologi, dan hampir ditabrak delman beroda kuning mentereng, aku memilih refreshing di Vredeburg.

Chaniago (Kisah yang Anomali) 2

Tahukah kau, kejadian kakak-kakakku adalah anomali. Kembali anomali, Go. Ku kisahkan cerita yang lain, tapi ada kaitan dengan ke-anomalian itu. Ayahku adalah seorang dukun ular di kampung. Seumpama dokter, jelas ayahku bertitel di belakang namanya, SpGU. Spesialis gigitan ular. Macam perayaan hari ulang tahun, tragedi warga digigit ular telah membudaya di kampung kami. Setiap tahun, ada saja kasus penggigitan itu. Tak ada tragedi lain. Itu diluar kasus gagal panen atau hama wereng.

Chaniago (Kisah yang Anomali)

Inilah rumahku, Chaniago. Inilah kehidupanku. Entah mengapa kau memaksaku mengikutkanmu mudik tahun ini. Jangan menyesal telah memaksaku, Go. Diawal aku sudah berbicara panjang lebar tentang rumahku. Rumahku buruk. Namun tetap saja kau tidak mengerti. Kau harus tahan hingga bulan depan. Ku ceritakan sedikit keadaan rumah dan kampungku. Di kota telah aku katakan kan? Rumahku tak berkasur tebal seperti rumahku. Nyamuknya banyak. Berseliweran tiap pagi hingga pagi lagi. Kelambu pun tak ada. Lantai rumahku tak berkeramik indah, dan berlapis marmer licin, Go. Lihatlah yang kau duduki sekarang itu.

Aku, FLP, dan Dakwah Kepenulisan

Bismillahirrahmanirrahim.... Melalui Negeri 5 Menara, Anwar Fuadi berdakwah dengan kesederhanaan tulisan. Karya tulis tentang persepsi keyakinan, pembelajaran, usaha yang gigih. Semua itu dikemas dari perspektif Islam. Sungguh luar biasa. Dari Negeri 5 Menara, meledaklah sebuah mantra Arab yang sangat berkesan, Man Jadda Wa Jada : barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka pasti akan berhasil. Ahmad Fuadi berhasil mendakwahkan dirinya lewat tulisan. Habbiburahman El Shirazy pun begitu. Dengan rajutan kata, beliau berhasil menyampaikan pesan ayat-ayat Al-quran dan hadist-hadist Baginda Nabi lewat karya-karya beliau yang fenomenal.

Kisah Uang di Shelter Bus

Hey... Kau... Yang terlipat-lipat di dompet kekuning-kuningan itu. Kenapa rupamu murung seperti itu? Lihatlah dirimu. Dirimu lebih berharga dariku. Kenapa kau murung, Teman? Hey.. Aku tahu kau bersembunyi di sana. Terlipat-lipat dan terduduk-duduk oleh pantat majikanmu itu. Hey.... Kau... Yang berwarna merah agak kemuda-mudaan. Dari mana asalmu Teman? Jangan sungkan. Mari bergabung dengan kami. Apa? Apa kau malu untuk melonjorkan kaki-kaki mu di dompet usang penjual rujak keliling ini, Teman? Ayolah... Jangan malu. Kau diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan kami juga, Teman.

Membelakangi

Sore itu, saat mendung datang diundang senja. Kala aku terbeku duduk membelakangi Ka, laki-laki pembawa cinta. Pesan singkat dari Ka seakan menghipnotisku untuk memenuhi permintaannya : bertemu. Tiga tahun lebih aku tak berpandangan dengan Ka. Sebelumnya aku selalu menghindar, menghilang, dan memati dari Ka. Meskipun jauh sebelumnya lagi, aku dan Ka adalah satu jiwa. Hanya saja, satu takdir telah mempertemukanku dengan cahaya. Seiring cahaya itu terus-menerus datang, terpatri dihati untuk mati baginya. Cahaya itu adalah pembeda bagiku dengan Ka. Tepatnya penerang untuk memandangnya berbeda. Bahkan, langit dan bumi buka pembanding dari perbedaanku dengan Ka. Adalah surga dan neraka yang bisa melampauinya.

Korelatif 2 (Part 4)

Aku dan Catur telah bertemu Begitu juga Egyd, Galih, dan Reno. Bahkan telah lebih lama Tulus dan Jeni masih dalam pencarian tiga titik itu telah bertemu tapi masih terpisah --- Juli 2022, Senin pagi Ruang tunggu, sebuah bank di kompleks pasar Sekayu. Wajah Atok terlihat lusuh, menandakan dia sudah tak betah di bank tersebut. Duduk sedari jam 7 hingga jam 11, hanya menunggu namanya dipanggil untuk menyelesaikan sesuatu hal tentang keberangkatannya ke Brazil. Dia lupa mengurus hal itu di kantor pusat tempat dia bekerja. Atok tahu urusan tersebut adalah urusan yang berbelit-belit, hingga dia benar-benar menyesali kelupaannya itu. Hasilnya, Atok harus berlama-lama terduduk di bank. Gadget hitam ditangannya tidak mampu mengusir rasa kebosanan yang ia rasakan.

Korelatif 2 (Part 3)

Keajaiban, cinta sejati, semua terangkum dalam kata persahabatan.... Ya... persahabatan..... Juni 2022, 10.00 Sultan Mahmud Badaruddin II Airport Aku hanya bisa bersyukur karena perjalananku kali ini selamat. Selama perjalanan udaraku dari Yogyakarta menuju Palembang, hatiku selalu gelisah. Tepatnya takut. Sudah puluhan kali aku menaiki burung besi itu, tapi rasa takut itu tak pernah hilang. Aku khawatir jika pesawat yang aku tumpangi akan menabrak bukit atau gunung-gunung, dan seperti berita-berita yang sering muncul, korban pesawat jatuh tak pernah selamat. Itu yang aku takutkan. 

Angkatan 13 SMANDA

Angkatan 13 SMANDA Untuk malam ini, lupakan sejenak tentang kenyataan bahwa kita tidak bersekolah di SMANDA lagi. Luangkan 5 – 10 menit untuk rehat sebentar. Rasakan sejenak bahwa kita masih terhubung dengan koridor-koridor SMANDA, lapangan basket SMANDA, kantin SMANDA, dan semua tempat yang berkesan di SMANDA. Rasakan bahwa kita sedang berada di ruangan MTK, biologi, geografi, dan ruangan-ruangan lainnya.

Korelatif 2 (Part 2)

dengan keajaiban, kedelapan sahabat telah bertemu, didalam ketidaksengajaan..... bukan... tapi di dalam..... keajaiban..... semuanya telah bertatapan, tidak dengan aku, Catur dan Aries.... --- April 2022, 10.00  Jeni Charles, melepaskan seluruh ‘pakaian’nya dan menjadi sederhana. Sekarang dia kembali seperti dulu. Sederhana. Menunggu sahabatnya yang sederhana. Pagi itu Jeni Carles sengaja meluangkan waktunya untuk seseorang yang sudah lama tak ia jumpai. Sahabat sekamarnya sewaktu di SMA, Tulus Angkumiharja. dia tahu identitas Tulus berawal dari video yang tak sengaja ia buka.

Korelatif 2 (Part 1)

Ini kisah yang insya Allah akan terjadi jika kita mempercayai mimpi-mimpi kita Aku melihat kalian sebagai sepuluh benih padi yang bernas, siap untuk ditebarkan di tanah air tercinta ini atau di seluruh pelosok dunia, siap berkembang menjadi rerumputan padi yang menghijau, siap tumbuh menjadi bernas-bernas padi yang menguning, siap bertualang ke semua sudut rumah, siap menyebarkan senyuman kepada setiap manusia. 1 Januari 2022, 09.00 Kamar kontrakan, Yogyakarta Aku terbangun dari begadang malam tadi. Menyaksikan reaksi kimia indah yang terpancar dari berbagai zat. Melihat keindahan di atas malioboro bersama teman-teman kuliah dan beberapa rekan kerja. Memang telah menjadi tradisi jika kembang api akan muncul seiring dengan pergantian tahun. Fuihh, Tahun baru. 2022.

Burjo dan Motivator Jalanan

Siang itu mendung menggantung tatkala aku keluar dari kampusku. Waktu itu Ashar belum tiba. Sekitar lima belas menit lagi azan dari masjid kampus berkumandang dan memanggil umat-Nya untuk hadir dalam peribadatan itu. kira-kira sepuluh pegawai Batan dan sekelompok mahasiswa tingkat akhir berseragam biru muda telah membasahi beberapa sudut bagian tubuh mereka dengan wudhu dan selebihnya telah duduk-duduk di dalam masjid. Perutku juga tak kalah heboh waktu itu, ikut berkumandang meminta makan. Aku baru ingat bahwa perut ku baru diisi dengan nasi telur delapan jam yang lalu. Semakin lapar karena hari itu aku dijejali dua ujian praktek UAS. Alhamdulillah untuk praktek yang terakhir aku mendapat nilai tinggi karena aku keluar sebelum pukul 14.30. Dosen tadi mensyaratkan bahwa kalau sudah menyelesaikan ujian praktek dengan benar sebelumpukul 14.30, nilainya akan seratus. Alhamdulillah. Perut memang tak bisa diajak kompromi. Tergerak hatiku untuk bergabung dengan jamaah shalat yang la