Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Nelangsa Pusara 2

“Oh. Fendri. Ayah masih ingat. Waktu itu kau selalu ambisius untuk pergi ke negeri penuh teknologi itu. Setiap kali kau pulang, kau selalu menceritakan kehebatan Asia Timur Nak.” “Iya Yah. Sekarang aku akan bisa ke sana Yah. Ke Asia timur Yah.” “Wahh. Itu bagus Nak. Memang Ayah percaya bahwa kau akan bisa ke sana. Kau anak yang pintar.” Ayah antusias mendengar ceritaku. Namun terlepas dari  keceriaan Ayah, aku bingung mau memulai inti ceritaku. Aku tak ingin berbasa-basi lagi. Jam sepuluh tepat mobil terakhir menuju kota akan berangkat. Aku menghela nafas panjang.

Nelangsa Pusara

Gambar
                                                                                    Short story that can easily be  guessed Minggu sore, pukul setengah enam. Pekuburan pinggir kota lengang. Penjual bunga tujuh rupa dan anak-anak pembersih makam telah beranjak pulang. Gerbang pekuburan masih terbuka. Terlihat tukang gali kubur duduk di posnya. Suasana pekuburan itu terasa sejuk. Semilir angin berhembus diantara pohon-pohon makam. Rindang. Gemerisik dedaunan kering beterbangan tak karuan disapu angin. Beberapa daun menerpa batu nisan, terbang lagi, menyentuh tanah lagi. Bebungaan segar dan layu yang tercecer di jalan setapak berpindah tempat ke rerumputan.

Air Adalah Hidup Sederhana

Gambar
Seringkali hati ini iri melihat teman-teman yang ber- gadget . Dengan layar-layar besar juga bisa disentuh. Bagus sekali. Ingin juga memiliki benda-benda canggih seperti itu. Seringkali aku membandingkannya dengan handphone yang aku pegang. Handphone lamaku. Beruntung hati ini selalu berbesar jika godaan datang untuk memiliki benda-benda canggih itu. Uang masih minta dengan orangtua, tak pantas meminta yang berlebihan. Juga, mungkin berjuta-juta orang diluar sana bahkan tidak bisa makan karena kekurangan harta untuk membeli pengisi perut. Aku yang mempunyai handphone lama ini jauh lebih beruntung dibanding mereka. Walau berlayar kecil dan tak bisa disentuh, Alhamdulillah, masih diberi gadget jadul ini.

My Queen, Later?

Gambar
Kemarin, Minggu Juni 23, bersama beberapa teman seangkatan di SMA dan tiga senior berkunjung ke Boyolali untuk menghadiri acara walimah al ursy salah satu guru SMA. Beliau wali kelasku ketika di Oasis. Datang kepagian, tapi beruntung, karena hal itu, kami dapat duduk dijarak yang berdekatan dengan singgasana ratu dan raja sehari. Bisa menikmati jalannya acara dengan khidmat sekaligus mantengin wajah raja dan ratunya. Untung-untung bisa menjadikan pelajaran disuatu waktu kelak.

Se-Maradona di Tengah Hujan

Gambar
Ashar ini, Yogyakarta dideru hujan lebat. Suara jejatuhan air hujan menghiasi sore ini. Sangat lebat. Gemuruh genteng berbunyi-bunyi dijatuhi ribuan titik-titik air hujan. Dan akhirnya, salam. Belum lima detik salam berlalu, anak-anak sekitaran masjid telah menghambur keluar, langsung terjun dari lantai masjid, bergumul dengan teman-teman sebaya mereka, menikmati berkah hujan dengan kesenang-senangan. Singkat kata, main hujan. Gelak tawa mereka terdengar bersamaan dengan air hujan yang semakin menderas.

Sincere Life

Gambar
Baik untuk mengetahui hal ini, bahkan akan sangat membaiki kehidupan jika bisa secara penuh melaksanakannya. Yaitu ketulusan. Dalam segala kebaikan, jika dilakukan dengan tulus, akan diberkahi. Tulus berhidup, tulus mencinta, tulus berkasih sayang, tulus memberi, tulus menerima, tulus bekerja, tulus belajar, dan tulus-tulus kebaikan yang lainnya akan mengantarkan kepada suatu ketenangan hidup.

Jujur itu Laku Baik

Gambar
Adalah sebuah laku baik yang dapat membaiki diriku dan atau semua manusia. Salah satunya kejujuran. Berlaku jujur tak pernah rugi sekalipun. Walau dalam satu keadaan, jujur bisa menyakiti diri sendiri, namun dunia itu adil. Dunia akan mengadili dengan tak ada pincangnya. Dunia akan membayar kesakitan atas kejujuran yang dilakukan. Dunia akan menjadi baik bagi yang baik budinya. Entah itu sekarang, di masa depan, atau bahkan saat kita berhitam-hitaman di dalam alam kubur.

Negeri Khayalan 3

Sementara itu di pengadilan kelurahan. Pak Wasit dan Pak Penanggungjawab masih berseberangan meja. Juga berseberangan pemikiran. Upaya-upaya perdamaian belum mencapai titik terang. Pak Pengacara pembela pak Penanggungjawab dan pak Keamanan. Pak Keamanan belum datang ke lokasi. “Saya mau minta ganti rugi. Lihatlah, tubuh saya hampir punah dihajar para pemain tak berpengetahuan tentang offside itu. Minimal bayarkan tagihan rumah sakit nanti.” “Hahaha. Enak saja Anda, Pak Wasit. Surat ini buktinya. Bukti bahwa Anda siap menghadapi segala kemungkinan. Tanda tangan Anda jelas tercetak di kertas ini. Ini nah. Lihatlah sendiri.”

Engkau, Ksatriawati

Apa yang membuat pengistimewaan hari ulang tahun? Hari disaat manusia, entah aku, kamu, kita atau siapapun keluar dari rahim ibu. Hari saat waktu menjemput untuk datang ke penghidupan setelah bergumul dengan plasenta atau hal biologis lainnya. Hari ketika perjuangan ibu berbuah ujung yang manis, bahkan terus manis sampai terasa udara yang dihirup adalah beraroma. Hari dimana ibu memulai perjuangan baru, setelah menuntun sembilan bulan lebih atau kurang, tanpa lelah-lelah. Hari dimana aku, kamu, kita, atau siapapun mesti meresapi perjuangan itu, resapi dengan kesyukuran, resapi dengan kebermanfaatan, resapi dengan cinta.

Nelangsa di Ujung Peluru Musuh

Di sudut kota Surabaya. Tak ingatkah Kau dengan keadaan ini. Deru mesin beterbangan diatas tanah kota. Baling-baling bersilih-mudik menebar ancaman ke sudut-sudut gedung. Tak karuan. Darah membuncah. Cercah-cercah luka menganga. Sakit. Terlihat pejuang pribumi berbaret merah. Ada yang terseok, ada yang memanggul senjata. Berlarian dan tak acuh, mati rasa akan ketakutan. Sembunyi! Mengintip-intip. Dan musuh datang. Membawa senapan dengan bayonet menyilau siap mencengkeram. Bias pantulan cahaya dari logam bayonet sesekali datang, menerpa mata pejuang. Kau, menamai semuanya titik kematian. Dan Kau ........

Negeri Khayalan 2

“Ga. Kau mau kemana? Sudah dapat khayalan untuk disetorkan besok ke pak Guru Karmin? Kalau aku belum. Sepertinya sampai sore pun rapat paripurna ini belum akan selesai.” “Aku akan menyingkir dari sisimu. Disebelahmu aku terganggu. Bisa-bisa aku dihukum jika tidak bisa menyetor khayalanku ke pak Guru Karmin. Hanya gara-gara kau banyak cerita tentang rapat paripurna gila hasil khayalanmu itu La. Kalau kau butuh aku, aku ada di atas pohon Kelapa.” “Amboi, berkhayal di atas pohon Kelapa? Jatuh-jatuh kau menyalahkanku nanti.” “Tidak akan jatuh. Kalaupun jatuh ya langsung terjun ke sungai Pengaruh.”