Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Cahaya Kecil

Gambar
Tempo hari, aku melihatmu lagi. Semua yang kupikirkankan buyar tatkala aku mulai menatap kehadiranmu. Aku sulit mendefinisikan keadaan itu, tapi yang jelas, kau sepertinya masih sama layaknya dulu. Aku tak ingin mengulang sesuatu yang dulu terjadi karena aku paham, akan lebih menderita jika aku mengingatnya. Sejurus setelah aku menoleh dan mendapatimu bersimpuh beberapa meter dariku, aku mulai merutuki keadaan. Kehadiranmu mengejutkanku meski dalam benakku, kehadiranku engkau anggap tidak ada. Hey, dont you want to look at this stupid face and say something? Dan sekarang engkau sudah jauh lagi.

Senandung cerita teman tentang cintanya dan cinta-Nya

Gambar
Ku biarkan kakiku melangkah mencari keheningan sore ini, khusus untuk memaknai cinta yang bertaburan di muka bumi, cinta dari yang Maha Mencinta, Engkau... Aku kadang tertawa, juga membenarkan. Mencintai melalui fisik, bentuk tubuh nyata. Jikalau itu aku lakukan, bagaimana aku bisa mencintai-Mu yang tak pernah sekalipun aku melihat wajah nyata-Mu. Dibalik awan itu, atau minimal di mimpi. Benar. Tapi, saat kuselami lagi seraya melihat sekeliling :waduk yang besar, air jernih, gunung Merapi menjulang berasap, dan manusia bernafas seakan tak henti menunjukkan bantahan atas hipotesis itu. Ada yang berbisik kepadaku, memperjelas bantahan : itulah ‘wujud fisik’ tuhan-Mu, semua itu ciptaan tuhan-Mu. Kau hadir di dunia ini karena cinta tuhan-Mu. Maka pulanglah dan tersenyumlah di depan cermin, lantas kau akan melihat ‘senyum cinta’ pencipta-Mu”.

Mozaik

Gambar
/ Keraguan dan Fragmen Hidup yang Akan Hilang Aku tepat berada didepan gerbang kampus. Apa benar sekarang aku kuliah? Aku gali ingatan, muncul siluet-siluet. Aku melihat bayangan hitam, bayangan tubuhku yang berlarian, dengan tubuh terbalut kemeja licin dan jeans, serta sepatu ket khas anak kuliahan. Seraya meneguk liur aku sadar, suatu fragmen hidup yang aku cita-citakan akan hilang. Apa yang akan terjadi setelah ini? Setelah aku masuk ke lobi, bertemu teman-teman baru di kelas baru, dengan seragam baru, dan kukira, aku tak kan menemukan hal baru. Akankah aku kembali menjalani rutinitas seperti yang telah aku rasakan duabelas tahun ini? Pangkat dibahu berbisik, lupakanlah Kawan. Dasi mengiang, aku akan bersamamu, Kawan. Siluet itu pudar memencar, berubah. Siluet itu kini menjadi berwarna, sewarna dengan seragamku : biru muda. Langkahku pasti, wajahku tegak berdiri, senyumku berseri, dan kurangkul seorang teman baru yang berdiri disampingku sedari tadi. Aku sadar, suatu jejak-