Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Kuas dan Air

Gambar
Mona Lisa dipuja sebagai masterpiece seorang pujangga, tapi dimana kuas yang dipakai untuk melukis gurat-gurat itu? Lukisan-lukisan mahamahal terpajang tanpa ada kuas terdamping sebagai instrumen penciptaannya. Kuas, yang sekarang entah telah dimakan rayap atau malah terlempar ke sudut ruangan, adalah barang berjasa. Kehadirannya ditampik, dipanggil ke podium untuk sekedar menjadi tontonan pun tidak. Lukisan itu dikultuskan, dan kuas menjadi pihak yang ter-marginal-kan. Kuas, dia terlupakan, namun jika dia tak ada, maka tak ada yang berkesempatan menyaksikan senyum Mona Lisa. Harusnya kuas protes karena intimidasi pengunjung museum, tapi dia paham makna hidup. Maka dia diam menyukurinya.

Obrolanmu

Gambar
Apa kabar? Ah, pertanyaan bentuk kepedulian, yang terselimut sedikit basa-basi bagiku. Atau terbalik? Atau murni basa-basi, yang kau kemas sesingkat dua kata itu, dan berharap aku begitu bodoh untuk membalas baik, dan Kau? Tertipu oleh rasa peduli. Kau tak pernah memulai obrolan dengan sesuatu yang mengejutkan. Seperti : Bagaimana tanah yang kau injak? Atau : Menurutmu, kebijakan pemerintah menaikkan harga beras memihak rakyat? Atau lebih ke ranah intim : Disaat imanmu turun, apakah lantas kau pergi ke tempat suci dan beritikaf? Mungkin pertanyaan-pertanyaan aneh itu tak akan muncul