Obrolanmu

Apa kabar?

Ah, pertanyaan bentuk kepedulian, yang terselimut sedikit basa-basi bagiku. Atau terbalik? Atau murni basa-basi, yang kau kemas sesingkat dua kata itu, dan berharap aku begitu bodoh untuk membalas baik, dan Kau? Tertipu oleh rasa peduli.

Kau tak pernah memulai obrolan dengan sesuatu yang mengejutkan. Seperti : Bagaimana tanah yang kau injak? Atau : Menurutmu, kebijakan pemerintah menaikkan harga beras memihak rakyat? Atau lebih ke ranah intim : Disaat imanmu turun, apakah lantas kau pergi ke tempat suci dan beritikaf? Mungkin pertanyaan-pertanyaan aneh itu tak akan muncul
dibenakmu karena aku, dipikiranmu adalah bukan barang aneh. Aku tak berdaya pikat, bukan seperti magnet yang akan menarik logam berkarakter khusus. Aku bukan magnet bagimu, pertanyaan biasa kaurasa cukup melegakan diriku bahwa aku masih kau anggap ada. Jika aku magnet, pertanyaan khusus bertubi-tubi akan menyerangku. Rasaku senang nantinya.

Metode konvensional, bukan atraktif, shock pressure, naratif atau agresif yang kau pilih. Aku selalu meramal tentang bagaimana percakapan ini berlangsung dan jalan apa yang akan kau ambil sebagai pengakhir obrolan. Akan ada pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang biasa. Terus berlanjut hingga aku bergumam, terus apa? Makanya, ketika kau bertanya posisiku dimana, jawabku ditengah kebimbangan. Kau tertarik sedikit, masuk ke arenaku, lanjut bertanya kenapa begitu? Jawabku panjang, tapi satu tujuan : efek domino. Dengan posisiku ditengah kebimbangan itu, kuharap kau menyenggol kartu obrolan yang menarik, lalu secara bertahap menjatuhkan kartu-kartu didepannya. Obrolan kita jadi panas, sampai kartu terakhir jatuh. Tapi ekspektasi tidak selalu bersahabat dengan realitas. Jawabanku tak bisa membuat kartu obrolan jatuh lebih jauh. Aku tidak menemukan kedinamisan disana, dan kau sepertinya ingin cepat-cepat mengakhiri obrolan. Kita menjadi dua orang yang baru saja saling kenal.

Ada yang menarik. Kupersilahkan kau berkamuflase menjadi orang asing. Dan aku akan tahu bahwa orang asing itu adalah kau, lewat caramu memanggilku. Diksi yang kau pakai adalah khas bagiku. Ini bukan bagian dari caramu menggumbar kesehariaan, tapi nilai positif kau dapatkan dari rasa perhatianku. Kau aku rindukan, reputasimu terselamatkan.

Namun, adalah bukan hakku untuk memprotes dan mengajarimu cara mengobrol yang baik (untukku), meski kumerasa bahwa caramu adalah konservatif.


Jawaban tentang kondisi tubuhmu : Kau telah masuk ke dunia yang kau suka, dan kondisi tubuhmu menunjukkan hal tersebut. Jadi wajar-wajar saja. Lihatlah para perempuan yang menyukai coklat mati-matian :D

sumber gambar : nonnanisha.blogspot.com

Komentar

  1. Ya sbnarnya bkn basa-basi, tapi ud acap kali tiap ketmeu orang....hal itu yg ud jd kebiasaan #apa kabr

    BalasHapus

Posting Komentar

There's Any Comment Guys?

Postingan populer dari blog ini

Air Adalah Hidup Sederhana

Cahaya Kecil

Korelatif 2 (Part 2)