My Queen, Later?

Kemarin, Minggu Juni 23, bersama beberapa teman seangkatan di SMA dan tiga senior berkunjung ke Boyolali untuk menghadiri acara walimah al ursy salah satu guru SMA. Beliau wali kelasku ketika di Oasis. Datang kepagian, tapi beruntung, karena hal itu, kami dapat duduk dijarak yang berdekatan dengan singgasana ratu dan raja sehari. Bisa menikmati jalannya acara dengan khidmat sekaligus mantengin wajah raja dan ratunya. Untung-untung bisa menjadikan pelajaran disuatu waktu kelak.

Menunggu untuk beberapa waktu, akhirnya ratu sehari tiba dengan berjalan tertatih-tatih (maklum, mau jalan leluasa atau lari ndak bisa). Agak asing melihat wajah beliau karena selama dia mengajar, aku jarang melihatnya tak berkacamata. Tapi overall, sebagai ratu sehari ya  perfect-lah. Tak lama kemudian, sang raja pun tiba di ujung karpet hijau. Entah apa yang tetuah rumah itu katakan, tapi sepertinya bermaksud untuk serah terima tanggung jawab dari pihak ratu ke pihak raja (asumsiku seperti itu). Tak usah terlalu mendetil menceritakan tentang acara tersebut. Karena sesungguhnya ada suatu hal yang petik dari semuanya.

Jika Allah telah menakdirkan, aku akan berlaku sama dengan sang raja sehari yang gagah itu. Dengan pakaian yang baik, wajah bersinar, dan berjalan tegap untuk menghampiri ratu yang tengah menunggu di singgasana. Raut muka yang menunjukkan bahagia, saling menjemput dan memberi cinta yang halal, aku akan mengalami masa itu (Insya Allah).

Suatu saat, umurku akan menginjak masa siap, masa dewasa, masa diwajibkan melakukan apa yang diperintahkan. Ya. Menikah. Masih terlalu jauh, tapi tak ada salahnya berpikir jauh. Jika diizinkan oleh-Nya, aku juga akan melewati dan merasakan hidup baru. Hidup dimana tanggungjawab besar terbeban dipundak. Hidup untuk menghidupi apa yang disebuah keluarga, menafkahi keluarga sebagai kewajiban, melindungi yang dicinta dan yang mencinta, menjaga keharmonisan, menjadi imam yang baik, menjadi panutan yang bijak, membagi rasa kedamaian, rasa aman, menjadi tumpuan, dan menjadi jalan bagi yang dicinta dan yang mencinta.

Hahaha... Entah siapa sang ratuku nanti. Yang aku tahu, sang ratuku adalah refleksi dari apa yang aku lakukan hari ini, hari esok, dan hari berkelanjutan. Jika budi baik yang ku lakukan, maka ratuku akan datang dengan kebaikan tiada tara. Tapi jangan berbicara tentang kebalikannya.

Oke. Lets do the best things to get to one best Queen!!


Thats a little bit absurd to tell the mysterious thing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Air Adalah Hidup Sederhana

Cahaya Kecil

Korelatif 2 (Part 2)