Lagu, Kemudian Terkenang

Rutin, dan selalu. Seperti inilah kerutinan kesepian menghinggapiku. Ketika dunia yang kupijak telah beranjak malam, ketika penghuni dunia dibagian bumi yang kuhuni telah terlelap, ketika jalan-jalanan sedikit dilalui massa, sekelebat ingatan tentang waktu sebelum kini datang ke otakku. Kebanyakan kepalaku menengadah ke langit-langit pada ketika-ketika itu, saat rumah sewaku ini menyepi, hanya diisi dengan lagu-lagu klasik, dan lagu-lagu itu kebanyakan tenar saat sebelum waktu kini. Dalam otakku, sebuah lagu akan mengembalikan ingatan kepada waktu saat lagu tersebut terkenal. Atau bisa juga membawa kepada situasi yang mirip-mirip dengan apa yang lagu itu lantunkan.

Kelompok yang aku sukai, dan saat-saat speaker di depan rumah sewa mem-play lagu mereka, ketika sendiri, aku semakin merasa sunyi. Terasa melow, seakan nada-nadanya se-frekuensi dengan alur nafas dan ingatanku. Kadang di-serempak-kan dengan senyum, kadang ikut melantun, kadang hanya memejamkan mata. Tapi tetap satu, sunyi.

Seketika saat Sephia terdengar, sekelebat warna merah dan putih datang. Ya, aku sering mendengar lagu itu saat masih duduk di sekolah dasar. Bahkan mungkin lagu itu telah tenar sejak sebelum aku bermerah putih. Kurang lebih tujuh tahun berselang, lagu itu masih tetap diputar, dan tetap sama dengan tujuh tahun sebelumnya.

Pernah merasa bahwa lebih puas mendengar lagu yang diputar di sebuah radio daripada self-playing? Aku pernah. Puas, karena bukan hanya aku yang mendengarkan lagu itu disaat yang bersamaan. Tanpa tahu satu sama lain, tapi tahu bahwa lagu yang didengar dengan orang lain adalah sama. Mungkin itu yang membuat puasnya lebih tinggi. Sama saat ketika menonton konser. Orang akan lebih heboh jika berloncatan dengan segerombolan orang-orang lain daripada berjingkrak-jingkrak sendiri di dalam kamar, juga lagunya self-playing.

Atau, suatu lagu bisa membuat otakku mengingat tentang benda apa yang sering memutar lagu tersebut. Adalah Hal Tersulit, salah satu contoh. Dimanapun aku mendengar lantunan suara bait-bait Hal Tersulit dari vokalis Flanella itu, komputer jadul pentium dua bermeja kuning di dalam kamar yang telah dijual di sekolah ayah muncul diingatanku. Dari Hal Tersulit, ke komputer, dan kembali ingat bahwa awal aku mengetahui cara kerja keyboard dan mouse adalah ya dari komputer jadul itu. Memori memang hebat. Ah iya. Teringat juga akan gambar-gambar Sonic yang dikirim temanku lewat disket muatan tak sampai dua megabyte.

Dan ketika Bondan bersama antek-antek rap-nya berbicara cepat tentang Waktu, drum Smanda, Reno dan jari-jari kakunya, serta ibu guru seni budaya yang manis menghampiriku. Kami berduet dan berkolaborasi memainkan Waktu, entah apakah ketukan simbalku pas, entah jari Reno menekan senar yang salah, entah kuping ibu guru seni budaya yang manis salah pasang kuping, atau entah kami mendapat penilaian kecil. Yang terpenting, dengan Waktu, kami bisa bersatu dan punya memori tentang masa lalu.


Sungguh banyak, lewat lagu, semua bisa terungkap. Entah itu tentang suatu keadaan, suatu keanehan, suatu fenomena, atau apalah.....

Dan mungkin semuanya akan ingat tentang suatu hal jika mendengarkan Bunda dari Melly Goeslaw.

Komentar

Posting Komentar

There's Any Comment Guys?

Postingan populer dari blog ini

Air Adalah Hidup Sederhana

Cahaya Kecil

Korelatif 2 (Part 2)