Nelangsa Pusara 2
“Oh. Fendri. Ayah masih ingat. Waktu itu kau selalu ambisius untuk pergi ke negeri penuh teknologi itu. Setiap kali kau pulang, kau selalu menceritakan kehebatan Asia Timur Nak.” “Iya Yah. Sekarang aku akan bisa ke sana Yah. Ke Asia timur Yah.” “Wahh. Itu bagus Nak. Memang Ayah percaya bahwa kau akan bisa ke sana. Kau anak yang pintar.” Ayah antusias mendengar ceritaku. Namun terlepas dari keceriaan Ayah, aku bingung mau memulai inti ceritaku. Aku tak ingin berbasa-basi lagi. Jam sepuluh tepat mobil terakhir menuju kota akan berangkat. Aku menghela nafas panjang.