Sebuah Kisah Klasik

Sebuah Kisah Klasik dari Sheila On 7

Bersenang-senanglah karna waktu ini akan kita rindukan
Dihari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
………

Sepenggal bait dari Sheila On 7 membuat pikiranku melayang mengingatkan kepada guru Fisika di sekolahku, Smanda. Fisika menjadi salah satu pelajaran favoritku ketika kelas tiga karena tiap kali belajar, kelasku khususnya, dan angkatan tiga belas umumnya, disuguhi berbagai lagu untuk menjauhkan kami dari kebosanan dan rasa kantuk. Tiap kali sang Guru selesai menjelaskan dan giliran kami yang menjawab berbagai soal, beliau selalu memasang speaker dan menghidangkan berbagai lagu untuk kami. Kami dengan lahap menyantap alunan lagu tersebut. Yang paling heboh adalah ketika lagu dari AstorKids yaitu Rindu terpendam diputar. Band lokal asli Sekayu. 

Alasan muncul kehebohan tersebut sampai sekarang aku belum mengetahuinya. Anak-anak kelasku juga paling tidak menyukai lagu Kangen Band. Semua berteriak, wuuuuuu, apabila ada anak yang request lagunya Kangen band. Dan anak yang request tentu temanku paling ‘gila’, Reno Yudhistira. Alasan anak-anak tidak menyukai lagu kangen band pun sampai sekarang aku tidak mengetahuinya. Tapi, yang paling aku sukai adalah ketika sang Guru memutar lagu band favoritku, Sheila On 7. Dan lagu yang paling sering diputar adalah lagu kenangan khas anak SMA, Sebuah Kisah Klasik. Sang pencipta lagu, Eross, sangat tahu tentang apa yang dirasakan anak-anak seusia kami pas waktu itu, yakni berpisah. Bagiku lagu itu lebih bermakna dari apa yang tertulis dari bait-bait Sebuah Kisah Klasik.

…..sampai jumpa kawanku…..

Itu sedikit bait paling bermakna sekaligus menyedihkan bagiku. Aku selalu mengiyakan apa yang dikatakan Eross lewat lagu yang didendangkan Duta tersebut. Sepertinya Eross pernah merasakan apa yang aku, dan mungkin teman-temanku rasakan. Kisah di kelas bagiku adalah bahan dan materi terbaik untuk dibuatkan semacam cerita. Tak ku pungkiri kisah-kisah seru lain akan datang, namun aku ingin mengingat kisah seru kelasku ditulisanku. Dan sekarang Kisah Klasik Eross pun sama dengan ku.

Aku selalu mendengarkan lagu tersebut tiap kali aku melihat dan membuka kembali lembaran-lembaran buku alumni. Terasa sangat klop antara keduanya. Aku selalu mencoba menyanyikannya bersama gitarku. Namun tidak klop antara keduanya. Aku teringat temanku Ika Suryani selalu mengkritik suaraku yang katanya false. Namun setelah kupikir-pikir sambil menerawangi suaraku, dia sangat benar. Aku selalu tertawa sendiri mendengar suaraku yang tidak pernah klop dengan rendah-tinggi dentingan senar gitarku. Thanks Ka :) 

Pas tryout UN pun, lagu itu kembali bergaung diingatanku. Bukan Sebuah Kisah Klasik, namun Hamil Duluan. Lagu itu sekarang sudah lama tidak terdengar. Lagu itu mengingatkan ku kepada ‘umak’ kelas ku, Miss Marta. Beliau mendendangkan lagu itu dengan semangat untuk menyemangati kami menjawab soal tryout. Mungkin. :D Berdiri disamping lapangan basket dan ….. sudah tiga bulan gara-gara pacaran suka gelap-gelapan… :D Sekarang beliau sudah mapan. “Miss Marta, grammar ku masih berantakan miss”.

……    Bersenang-senanglah karna waktu ini akan kita banggakan
            Dihari tua    …..

Sudahlah. Toh teman-teman lama lambat laun akan saling melupakan. Akan semakin banyak teman baru yang datang kepadaku nanti. Eiss.. That’s wrong sentences. Benar kata Eross.

……    semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan    ..…

Aku masih ingat kisah kami di kelas. ketika kami telah menginjak hari-hari terakhir belajar. Salah satu anak memberikan pesan untuk jangan pernah melupakan satu sama lain. Aku langsung berpikir dan berjanji untuk  selalu memberikan salam sapa di grup komunitas socnet untuk melaksanakan pesan dari temanku itu. Ya, karena kalian adalah teman-teman kelas terakhirku di sekolah. Entah dimana sekarang video rekaman nasihat umum tersebut. Aku ingin menontonnya lagi.

Dan ketika Aris Munandar memperkenalkan judul lagu terbaru hasil ciptaannya sendiri, “Bulatnya Hatiku” ketika bermain tebak-tebakkan lagu.

Its one absurd thing that I got from Samson.

Alhasil kelompokku yang diperkuat Athifah Utami, Reno Yudistira, dan Irfana Efendi harus mengakui ketangguhan Aris Munandar, Putri Maryati, Dian Saputra, dan Donny Primajaya.

Semakin bertambahnya umur bukan berarti jiwa semakin dewasa. :D

….. jabat tanganku mungkin untuk yang terakhir kali …..

Kado perpisahanku TAK LAKU. Memang, kado itu aku buat sendiri. Aku pikir, akan lebih berarti jika dibuat oleh hati dan tangan sendiri. Namun, tak laku. Kalau mau dihargai dengan uang, kado ku cuman sepuluh ribu. Upah mencetak dua lembar photo kecil. Dan aku tempelkan dikardus bekas, sisa aku membeli bakpia patok dari Jogja. Aku gunting sedemikian rupa, sampai-sampai adikku yang aku suruh untuk mewarnainya. I think it’s a perfect gift. Ku letakkan kardus bercetak PLN di bagian bawahnya. Terasa sangat manis, pikirku. Sentuhan terakhir, aku bungkus kado itu dengan plastik bergambar sisa kado adikku. Semuanya serba sisa. Namun itu usaha ku sendiri. Yang membawanya ke tkp pun bukan aku, tapi ibu ku. Tapi, alhasil, tak ada yang menggubris kado ku. That’s very something. Sesuatu banget. Mungkin melihat tampilan kadoku yang gepeng, ringan, lebar, dan kurus, membuat hati teman-temanku berpindah ke kado lain. Banyak yang lebih besar, berat, dan tentu mungkin lebih berharga. :D Tapi, ternyata Allah punya rencana lain. Allah menginginkan kadoku jatuh ke tangan yang tepat. Miss Marta-lah yang memungut kado itu. Dan akhirnya, beliau yang menyimpan kado tersebut. “Selamat Miss, telah mendapatkan kado dari hatiku” #Jiahh. Akhirnya kadoku LAKU.

Ini tanggapan dari Miss Marta :

Hadiah buatan Rio Isman Ɣªήğ 'tidak laku' ternyata amat sangat berharga bagi saya.. Thanks, Rio :')
— bersama Rio Isman.


Aku patut berbangga dengan kadoku. :D
Dan terima kasih untuk Wulandari. Novel darimu sangat menyentuh.

……    mungkin diriku masih ingin bersama kalian   ……

Yahh, itu adalah lima persen dari keseluruhan kisah ku di kelas terakhir. Sangatlah mudah melupakan kalian semua. Tapi, aku tidak menginginkan itu. Aku tidak ingin membandingkan kisahku bersama kalian dengan kisah yang akan aku jalani nanti. Banyak orang sukses karena menggali kembali cerita mereka dan dituangkan ke tulisan. Toh Raditya Dika yang sekarang tenarpun sukses karena menulis tentang kisah dia ketika kuliah di Australia. :D
Aku akan terus berusaha menjalankan pesan salah satu temanku, “TIDAK SALING MELUPAKAN SATU SAMA LAIN”. :)

…..      mungkin diriku masih haus sanjungan kalian  …..

Komentar

  1. “TIDAK SALING MELUPAKAN SATU SAMA LAIN”. :)

    oke oke! (y)

    sampe ketemu pas udah sukses ya temen2...
    :'(

    BalasHapus
  2. Anonim20.00

    sampai ketemu di akhirat..

    BalasHapus
  3. nice story, KANGEN PLN !!!

    BalasHapus

Posting Komentar

There's Any Comment Guys?

Postingan populer dari blog ini

Air Adalah Hidup Sederhana

Korelatif 2 (Part 2)

Cahaya Kecil